Puisi Pendek Berbagai Tema Lengkap dengan Jenis dan Unsurnya

Puisi

Puisi pendek adalah merupakan salah satu bentuk karya sastra puisi yang dapat mempengaruhi emosi pembaca melalui syairnya. Meskipun kata-kata yang digunakan singkat tetapi puisi pendek tetap memiliki makna yang dalam.

Menurut KBBI, puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Puisi sendiri mengandung ungkapan perasaan penyair yang terikat oleh aturan kebahasaan dalam puisi.

Berikut merupakan jenis-jenis puisi yang biasa kita temukan:

Puisi Naratif

Merupakan jenis puisi yang mengungkapkan suatu cerita atau penjelasan penyair akan suatu peristiwa. Puisi ini biasanya akan masuk ke dalam beberapa tema seperti balada dan romansa.

Puisi Lirik

Jenis puisi ini terbagi ke dalam tiga macam. Macam pertama adalah elegi, puisi yang mengungkapkan perasaan duka. Macam yang kedua adalah serenada, puisi yang merupakan sajak percintaan dan dapat dinyanyikan.

Puisi Deskriptif

Jenis puisi ini biasanya akan mengungkapkan kesan penyair terhadap sebuah fenomena atau suasana yang menarik perhatian. Puisi deskriptif biasanya diklasifikasikan ke dalam bentuk satire ataupun puisi kritik sosial.

Unsur-Unsur dalam Puisi

Sebuah puisi biasanya akan mengandung dua unsur, yaitu:

Unsur Intrinsik

Merupakan unsur yang terdapat di dalam puisi dan memberikan pengaruh terhadap puisi sebagai karya sastra. Unsur intrinsik terdiri atas:

Diksi atau pilihan kata: Pertimbangan atas makna, komposisi bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata di tengah konteks kata lainnya, dan kedudukan kata dalam suatu puisi keseluruhan.

Daya bayang atau imaji: Penggunaan kata-kata yang konkret dan khas yang dapat menimbulkan imaji visual, auditif, ataupun taktil.

Gaya bahasa atau majas: Bahasa yang dipakai penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa atau memakai kata-kata yang bermakna kiasan atau lambing.

Bunyi: Penggunaan kata-kata tertentu sehingga menimbulkan efek nuansa tertentu.

Rima: Persamaan bunyi atau perulangan bunyi yang menimbulkan efek nuansa tertentu.

Ritme: Dinamika suara dalam puisi yang menyebabkan puisi tersebut tidak monoton.

Tema: Ide atau gagasan pokok yang dimiliki penyair untuk dituangkan ke dalam puisinya.

Unsur Ekstrinsik

Merupakan unsur yang berada di luar puisi yang dapat mempengaruhi puisi tersebut menjadi karya seni. Unsur ekstrinsik terdiri atas:

Historis: Unsur kesejarahan atau gagasan yang terkandung dalam puisi.

Psikologis: Aspek kejiwaan penyair yang termuat dalam puisi.

Filsafat: Aspek ini dianggap memiliki kaitan yang erat dengan puisi. Tetapi beberapa ahli berpendapat bahwa aspek ini tidak ada kaitannya dengan puisi.

Religius: Mengacu pada tema yang umum yang diangkat oleh penyair.

Contoh Puisi Pendek Berbagai Tema

Berikut merupakan contoh puisi pendek:

Hujan Bulan Juni

Karya Sapardi Djoko Darmono

Tak ada yang lebih tabah

Dari hujan bulan juni

Dirahasiakannya rintik rindunya

Kepada pohon yang berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak

Dari hujan bulan juni

Dihapusnya jejak-jejak kakinya

Yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif

Dari hujan bulan juni

Dibiarkannya yang tak terucapkan

Diserap akar pohon bunga itu

Tak Ada Peminta Datang Pagi Hari

Karya: Sutji Harijanti

Tak ada peminta datang pagi hari

Ketika pagar penghalang gang berjajar

Menghadang peminta datang

Terkunci lagi rapat

Tertatih peminta pergi pagi hari

Semua jalan gang menjadi sunyi

Inilah perumahanku yang tersembunyi menggigil kelu

Setiap rumah

Pagar halaman

Setiap pintu

Mendadak tertutup sepanjang hari

Hai.. peminta yang datang saban hari

Apa yang kau makan hari ini?

Apa makan ini hari?

Indonesia Menangis

Karya Sam Haidi

Tak akan sempat Insanterpaha;

ribuan nama memesan bersama-sama

sementara

mayat-mayat yang belum berangkat

terbaring berselimut puing-puing

O, Tsunami

Airmu bermuara di mata kami!

Mars

Karya Faris Al Faisal

Sepasang mata gadis berseri

Sinar malu-malu lazuardi

Mewarisi mata keibuannya

Pandangan teratur dan tetap

Memberi kerinduan

Seperti bunga lili

Umbi meriap ke jantung hati

Itu 20 tahun lalu yang berterusan

Hari ini aku tak berhenti

Mengulur kagum dan merasa cinta

Penghidupan

Karya: Chairil Anwar

Lautan maha dalam

Mukul dentur selama

Nguji tenaga pematang kita

Mukul dentur selama

Hingga hancur remuk redam

Kurnia bahasia

Kecil setumpuk

Sia-sia dilindungi, sia-sia dipupuk

Nisan

Karya: Chairil Anwar

Bukan kematian benar menusuk kalbu

Keridlaanmu menerima segala tiba

Tak kutahu setinggi itu atas debu

dan duka maha tuan bertakhta

Kutulis Sedih Laut

Karya Maman S Taswie

Kutulis sedih laut

pada wajah gelombang

lumut gelisah

di ketiak karang

Kutulis kemarau daratan

pada putih tulang

kota-kota sangar

membakar seribu bulan

Ada Apa di Kota?

Karya Arfan Fauzan

Diksiku tidak seindah langit merah

Jauh dari orang tua

serasa hidup sendiri

dan ternyata

aku ada di kota perantauan

mengadu nasib bertahan hidup

untuk masa depan

dan kini aku dilanda

oleh kerinduan seperti senja

yang hidup sendiri

namun dinantikan semua orang

Permintaan

Karya WS Rendra

Wahai, rembulan yang bundar
Jenguklah jendela kekasihku!

Ia tidur sendirian,
Hanya berteman hati yang rindu

Rambut

Karya: WS Rendra

Rambut kekasihku
Sangat indah dan panjang
Katanya,
Rambut itu untuk menjerat hatiku

Papaya

Karya WS Rendra

Aku bilang pada bujangku
Tak usah memanjat pepaya
Aku sendiri akan memanjatnya
Akan kupilih yang ranum dan tua
Lalu kucuci sendiri
dan kumasukkan ke dalam
Tas laken hijau

Kemudian,
Akan kuantar ke rumah kekasihku
Supaya ia sembuh dari sakitnya.

Sepeda

Karya: WS Rendra

Aku harus mengendarai sepeda hati-hati
Menghindari jalan becek
Mematuhi aturan lalu-lintas
Sebab yang kupakai sepeda kekasihku

Pahatan

Karya: WS Rendra

Di bawah pohon sawo
Di atas bangku panjang
Di bawah langit biru
Di atas bumi kelabu
-Istirahlah dua buah hati rindu

Penerimaan

Karya: Chairil Anwar

Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati

Aku masih tetap sendiri

Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi

Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani

Kalau kau mau kuterima kau kembali
Untukku sendiri tapi

Sedang dengan cermin aku enggan berbagi

Cacat

Karya: Aan

Kami hidup di tanah subur
Kami hidup di tanah kaya
Kami hidup di tanah melimpah
Kami hidup dengan kotor
Kami hidup dengan dusta
Kami hidup dengan perasuah
Rusak digerogoti
Sesak ditanggung sendiri
Diperdaya sampai mati
Padahal di negeri sendiri
Bertahan penuh ambisi
Lumpuh tapi berdiri
Apakah kami sakti?

Bukan Suara Sumbang

Karya: Aan

Bukan dalam gua pengap
Tapi di gedung bertingkat mengkilat
Suara tiap-tiap mereka
Tidak punya nada searah
Ternyata dalam diri penuh rasa
Rasa merasuah
Merampas
Rasa menghilangkan hak-hak atas dasar Pancasila

Gadis Peradaban Kota

Karya: Mohammad Abdoe

Serupa itu lapar bertandang kepadamu
wajahnya penuh murung
dengan kepak mega dan benang langit yang menjuntai
membasahi kotamu
Jakarta (kota) metropolitan
tak ada lagi huma, angin, lembah, dan bukit
seperti bukan senyum gadis perawan dari desamu
hidupnya tak lagi mempunyai tanda

Kematian Suluh Budaya

Karya: Mohammad Abdoe

Hutan itu akan dibangun gedung megah
benih-benih yang dulu kau tanam
tumbuh sebatang di halaman
berbuah berkali-kali buah terserak
diserampang bangsa pencuri
sebagiannya lagi habis terjual di pasar
Sepulang siang ibu menenteng oleh-oleh
bapak mabuk gadung di halaman
barangkali, budaya luhur yang dulu kau junjung
juga akan hilang dari ingatan anak cucumu

Gunung Botak

Karya: Mohammad Abdoe

Hidangan emas dari Yang Maha Pemurah
dari ceruk rantau Gunung Botak menjadi rujukan orang-orang nestapa

Daun biru pelangi membungkus tubuhnya yang terjal
menampung kekejaman penambang
yang siap mengikis hidangan

Orang-orang nestapa dari segala kalangan
serempak serentak meniti buih lubang harapan

Jiwa dan raga mereka kerahkan
di antara galian-galian terjal
nyawa mereka taruhkan

Sebuah Kata untuk Realita

Karya: Arfan Fauzan

Kata kata hanya seutas perumpamaan seperti mata
Untuk melihat orang orang yang selalu merangkai Kalimat
Tapi, tidak memikirkan sebuah makna.
Kembali lagi ke realita sekarang
katanya dunia tak selebar daun kelor
tapi, kita masih saja memikirkan diri sendiri.
padahal orang orang membutuhkan kita
lantas mengapa kita hidup sendiri?
mungkin itu hanya sebuah repitisi untuk dijadikan sebuah revisi.

Merpati

Karya: Arfan Fauzan

Merpati
jemputlah kekasih
tatkala ia bertanya
jawablah karena cinta
Rayu dan cium
sambutlah dengan senyum
gamit dan kepakkan sayapmu
terbanglah sampai tujuh

Makar

Karya: Arfan Fauzan

Jangan bertanya diri siapa aku sebenarnya
untuk apa dan mengapa bumi diciptakan
Pergilah ke mana mungkin kakimu dapat berlari
gunting tali sampulmu dengan tuhan

Tobat

Karya: WS Rendra

Tuhan,
Aku telah bertobat
Aku telah merasakan apa neraka itu

Sebab kemarin,
Pacarku menangis
Di hadapanku.

Sepeda Kekasih

Karya: WS Rendra

Lebih baik
Aku makan nanti saja
Sekarang
Memperbaiki sepeda rusak kekasihku

Dua Burung

Karya: WS Rendra

Adalah dua burung
Bersama membuat sarang

Kami berdua serupa burung
Terbang tanpa sarang

Nah giliran nih, membuat puisi pendek karya sendiri, selamat belajar!

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top